Uka Uka The Movie Nini Tulang - Review
Program tv yang berdasarkan kejadian nyata, interaksi alam gaib dan manusia memang memiliki penggemarnya tersendiri. Meski beberapa orang mencemooh program tv semacam ini karena tidak
percaya, toh beberapa waktu lalu program tv bernuansa horror ini sempat menjadi salah satu acara yang ditunggu-tunggu penontonnya.
Berbagai tempat angker didatangin dan orang-orang yang penasaran menguji nyalinya dengan ikutan menjadi peserta uji nyali. Ntah beneran, ntah setingan yang pasti beberapa penonton terbawa aroma
mistis dan rasa serem menonton acara tv ini, tapi ketagihan.
mistis dan rasa serem menonton acara tv ini, tapi ketagihan.
Uka Uka : Nini Tulang film yang berlatarkan program tv semacam ini dengan para penontonnya yang setia. Hingga seorang mahasiswi, Shelly yang berpikir realistis dan tidak mempercayai adanya alam gaib memutuskan untuk ikut program ini.
Film dibuka dengan cerita asal usul Nini Tulang yang menjadi penghuni di hutan Alas Moyang, Jawa Barat. Kemudian disusul adegan seorang pemuda yang berlari ketakutan dan kemudian terjatuh kesandung potongan kaki. Ada larangan menyebut kata tulang didalam hutan Alas Moyang. Dan dihutan ini dan Nini Tulang menjadi target Uka Uka. Di episode ini pula Shelly menantang tim Uka Uka yang dianggapnya program yang penuh rekayasa untuk sekedar menakut-nakuti penonton.
Sebuah cerita yang melegenda, biasanya kejadiannya itu sudah lama banget. Sampai kita tidak tau tepatnya dari mana cerita berasal. Sementara pada film ini Nini Tulang yang dianggap legenda, kalau dilihat di awal film, kejadian matinya Nini Tulang tidak terlalu lama dan dengan sebab aneh.
Peristiwa medis yang menyebabkan matinya Nini Tulang, digambarkan terlalu modern untuk menceritakan masa lalu yang kemudian menjadi sebuah cerita dikalangan masyarakat dan ditakutin. Dan kejadian medisnya pun bisa disebut mall praktek. Dan tidak ada pengusutan kenapa kaki Nini Tulang harus dipotong dengan cara sadis begitu?
Cerita film ini dibuat dan dieksekusi sekenanya. Terkesan ‘asal ada produksi’ aja, untuk menjaga eksistensi. Begitu juga pemainnya, seperti kurang reading atau latihan. Kenapa juga harus curi-curi kamera. Terutama pemain utama prianya, Gusti Reyhan Gibayus, yang bermain sekedar menyampaikan isi skrip.
Film ini terselamatkan dengan tingkah lucu Reza Aditya, sementara suasana serem dibangun dari audio yang dikeraskan. Bukan seram sih ya, tapi lebih ke tegang.
Untuk semua itu, aku mau kasih 5/10 buat film ini deh.
Komentar