Cerita-Cerita Nda

Readers, Rasa penat setelah seharian beraktifitas seperti sudah menjadi makanan sehari-hari ya. Ditambah lagi dengan padatnya jalan Ibu Kota, benar-benar membuat stress dari mulai berangkat kerja hingga pulang kerja di sore harinya. Iya sih, keluar kantor sih masih sore, masih terlihat cahaya matahari. Cuma sampe rumahnya dah gelap alias dah malam. Macet pasti menjadi alasan. Ya ga? Apa lagi aku, yang sehari-hari berada diatas motor dan ditengah ramainya jalanan Jakarta. Nguber berita ceritanya untuk di media online. Atau ngejar nara sumber untuk materi artikel di blog aku. Belom lagi harus berhadapan dengan orang-orang yang lumayan sinis sama pewarta atau pun blogger. Kenapa ya? Dah kayak virus kali ya? Hahahaha Pulang, sampai rumah dan mandi menjadi hal yang benar-benar diimpikan sepanjang jalan pulang loh. Bayangan air segar yang mengguyur tubuh penat benar-benar menggoda. Namun, sering kali terjadi ketidak sempurnaan dalam menikmati sedikit kemewahan mandi ini.

Secara faktual perapuhan kebinekaan selama ini sangat kasat mata. Hal itu bisa ditandai dengan masih tingginya pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan (KBB) dan semakin terbukanya ekspresi konservatisme dan narasi intoleransi. Peristiwa dan tindakan pelanggaran KBB merupakan salah satu persoalan yang mesti diatasi secara presisi oleh para penyelenggara negara pada Pemerintahan Presiden Joko Widodo.  SETARA Institute mencatat sepanjang periode pertama Pemerintahan Presiden Joko Widodo (berdasarkan data pada rentang waktu November 2014-Oktober 2019) telah terjadi 846 peristiwa pelanggaran KBB dengan 1.060 tindakan. Artinya, terjadi rata-rata 14 peristiwa dengan sekitar 18 tindakan pelanggaran KBB setiap bulan sepanjang periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi. Dalam periode yang sama, Jawa Barat dan DKI Jakarta menjadi locus terjadinya peristiwa pelanggaran KBB di atas angka 100, tepatnya 154 peristiwa di Jawa Barat dan 114 di DKI Jakarta. Provinsi Peristiwa Jawa Barat 15