Remaja Bertanya Ulama Menjawab di Pesantren Cendekia Amanah





Suasana bulan Ramadhan memang membawa nuansa Islami yang kental di Indonesia. Selain menunaikan ibadah puasa, tadarus dan taraweh, berbagai kegiatan yang bernuansa islami pun banyak di gelar oleh berbagai institusi dengan beragama tema yang tetap bernuansa Islam.
Pondok Pesantren Cendekia Amanah yang terletak di jalan Raya Kalimulya no. 86 B Cilodong, Depok pun membuat acara menarik yang melibat remaja yang berada disekitar pondok dan para santri. Remaja bertanya, Ulama Menjawab.

Kegiatan yang dibuka lantunan lagu-lagu reiligi dan diselingi dengan cerita Agus Idwar tentang bagaimana perjuangannya berdakwah dengan media music ini dihadiri oleh KH. Habiburahman El Shirazy dan KH. M. Cholil Nafis sebagai narasumber, serta Agus Idwar Jumhadi sebagai moderator dalam tanya jawab yang berlangsung penuh kekeluargaan ini.

Salah satunya adalah, cerita Agus Idwar tentang  bagaimana dia pergi haji, “bila kita ada niat pergi haji ucapkan ‘labaik allahuma labaik,’ karena Allah maha mendengar. Haji bukan hanya untuk orang yang banyak uang, bila kita sudah berniat, Allah pasti izinkan. Seperti yang saya alami waktu itu. Saya ditanya apakah saya sudah berhaji. Saya jawab belum. Beberapa hari kemudian saya di kasih passport, saya sempat berpikir buat apa? Tapi saya pegang saja dulu. Beberapa tahun kemudian baru saya bisa berangkat haji. Subhanallah, itulah kekuasaan Allah.”

KH. M. Cholil Nafis dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa untuk meramaikan pesantren Cendekia Amanah yang baru dibuka dan baru memiliki madrasah diniyah, kedepan Cendekia Amanah akan menciptakan santri-santri enterprenuership dan menjadi pesantren incubator. “Disini para santri yang mempunyai bakat dalam multi dimensi dan tetap focus pada intelektualitas hingga jenjang perguruan tinggi nantinya,” jelas KH. M. Cholil Nafis.

Acara yang didukung Komisi Pembinaan Seni Budaya MUI dan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) Pusat, yang juga dijadikan moment bagi Agus Idwar untuk meluncurkan bukunya yang diberi judul “Sukses Berdakwa di Jalur Musik Religi.” Melalui buku ini Agus yang awalnya merupakan salah satu personel grup nasid Snada ini ingin berbagi pengalamannya berdakwah melalui alunan nada atau musik.

Pesanten merupakan wadah pengembangan dakwah kultural, dan music sangat dekat dengan masyarakat. Dimulai dengan musik yang alami, seperti suara hujan turun, suara kodok yang bersaut-sautan, hingga musik yang diciptakan manusia. 

Pro kontra akan halal dan haramnya musik pun di bahas diforum yang dilaksanakan menjelang buka puasa ini. “Beberapa ulama mengharamkan musik, seperti Syeik Al Bani. Dan beberapa ulama lainnya menghalalkan dengan ketentuannya, seperti Syeik Hazmi, Imam Ghazali dan Yusuf Qardawi,” Jelas  KH. Habibburahman El Shirazy, Ketua Komisi Pembinaan Seni Budaya MUI. Di Mesir ada lagunya Ummul Kalsum yang menceritakan tentang kelahiran nabi, serta ada syair-syairnya Taufik Ismail yang menggali isi hadist, yang sebagian dijadikan lirik lagu-lagunya Bimbo dan alm Chrisye.

Sebagai penutup acara hari itu, dilaksanakan buka puasa bersama dan shalat magrib berjamaah. Sebelumnya KH. M Cholis Nafis menyampaikan pentingnya pelatihan khusus untuk memperkuat bakat di pesantren. Agar lulusan pesantren dapat menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat. Dan bisa menjadikan seni sebagai wahana menyampaikan dakwah, seperti yang dicontohkan para wali di jaman dulu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selembar Itu Berarti (film)

PEPPERMINT (film)

Film SABRINA (review)